PENGOLAHAN TANAH PERTAMA DAN KEDUA PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH
Pengertian Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Basah.
Pengolahan tanah pertama atau biasa
disebut pengolahan primer (primary tillage) merupakan suatu
metode yang biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin bajak, sehingga sering
disebut dengan pembajakan. Tujuan dari pengolahan tanah pertama adalah untuk
membalikkan atau membongkar tanah menjadi suatu gumpalan-gumpalan tanah. Proses
pembajakan pada tanah dilakukan sedalam 30 cm sampai 50 cm. Perbedaan
pengolahan tanah pertama pada lahan kering dan basah yaitu terletak pada
kondisi lahan, pada lahan kering biasa dilakukan pada daerah perkebunan
sedangkan pada lahan basah dilakukan pada daerah persawahan. Alat atau Implemen
yang sering digunakan dalam pengolahan tanah pertama baik itu di kondisi lahan
basah maupun kering antara lain bajak singkal (mold board plow),
bajak priringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow),
bajak brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant plow).
Pengolahan tanah kedua atau biasa disebut pengolahah sekunder merupakan suatu metode yang dilakukan setelah pembajakan pada pengolahan pertama atau pengolahan primer yang dapat diartikan sebagai pengadukan tanah yang relatif tidak terlalu dalam biasanya pada kedalaman tertentu yaitu 10 cm sampai 15 cm. Perbedaan pengolahan tanah kedua pada lahan kering maupun basah basah juga sama dengan pengolahan tanah pertama. Alat atau Implemen yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah kedua atau pengolahan sekunder ini diantaranya adalah garu (harrow), bajak pengaduk tanah di bawah permukaan (sub surface tillage and field cultivation), ataupun dapat menggunakan peralatan dalam pengolahan tanah pertama tentunya dengan melakukan beberapa modifikasi.
Teknik Pengolahan Tanah Secara Tradisional Dan Modern.
Pengolahan lahan secara tradisional
biasanya dilakukan pada lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.
Metode ini pada umumnya dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian
masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman
sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak membutuhkan biaya yang cukup
besar, karena dilakukan menggunakan tenaga manual dan biasannya dilakukan
secara bersama – sama atau gotong royong. Akan tetapi pengolahan lahan
menggunakan sistem ini juga memiliki kekurangan, salah satu diantaranya adalah membutuhkan
waktu yang lama dalam proses pengerjaannya.
Pengolahan lahan secara modern
biasanya dilakukan pada tanaman - tanaman perkebunan dan juga memiliki lahan
yang luas. Pengolahan lahan dengan sistem ini biasannya dilakukan dengan menggunakan
mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini memiliki kelebihan diantaranya adalah
lebih cepat dalam proses pengerjaan dan dapat menghemat waktu penanaman. Akan
tetapi kekurangan dari sistem ini yaitu dibutuhkannya biaya yang besar dalam
pengupayaannya.
Beberapa teknik dan tahapan dalam proses pengolahan tanah
pertama dan kedua secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cara pertama yang dapat dilakukan
dalam mengolah tanah lahan pertanian adalah dengan pembukaan lahan. Istilah ini
biasa disebut dengan land clearing
atau pembersihan lahan yang dilakukan secaa manual. Dalam proses pembersihan
lahan dilakukan dengan melibatkan banyak orang, terlebih bila lahan tersebut
cukup luas. Alat yang digunakan pun sangat sederhana seperti cangkul, parang,
sabit dan lain sebagainya. Namun, kini seiring perkembangan zaman, land clearing dilakukan dengan
menggunakan mesin pertanian seperti traktor. Sehingga pengerjaan menjadi lebih
cepat dan tidak membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Setelah lahan bersih,
maka bisa ditanami jenis tanaman pertanian.
2.
Cara kedua yaitu
penggaruan tanah, cara mengolah tanah ini sebenarnya hampir sama dengan teknik land clearing akan tetapi lebih
menekankan pada alat-alat tradisional seperti garu dan cangkul. Tujuannya yaitu
untuk menghancurkan gumpalan tanah yang masih keras di suatu lahan. Apabila
gumpalan dilahan sudah rata akan membuat struktur dan tekstur tanah menjadi
lebih mudah untuk ditanami. Beberapa para ahli pertanian menyarankan sebelum penggaruan
tanah, alangkah baiknya dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Pupuk yang
dimaksud di sini adalah pupuk organik maupun pupuk anorganik. Saat terjadi
proses penggemburan tanah inilah diharapkan nantinya pupuk akan teraduk secara
rata pada lapisan olahan tanah.
3.
Selanjutnya dalam
proses mengolah tanah untuk lahan pertanian adalah pemupukan. Tujuan dari
pemupukan adalah agar unsur hara di dalam tanah dapat lebih subur. Apabila
pemupukan dilakukan lebih awal maka akan merangsang perkembangan akar semakin
dalam. Sebaiknya gunakan pupuk yang sudah direkomendasikan untuk proses
pertanian. Contohnya untuk pupuk makro tunggal seperti Urea, SP36 dan pupuk
makro majemuk seperti NPK 15 yang sesuai dengan tanaman. Kita juga bisa
menggunakan pupuk kandang. Jika dalam pemupukan diketahui tanah bereaksi asam, kita
bisa juga menambahkan kapur dolomit dengan cara ditabur. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan pH tanah di lahan pertanian.
4.
Mengolah tanah juga
bisa dilakukan dengan cara pembajakan. Cara seperti ini bisa biasanya dilakukan
setelah turun hujan maupun dalam kondisi sebelum hujan. Pembajakan tanah
sangat cocok dilakukan untuk tanah yang memiliki struktur tidak terlalu keras
dan juga tidak terlalu lembek. Masyarakat di pedesaan biasanya masih
menggunakan teknik lama dalam proses membajak sawah, dengan menggunakan hewan
ternak seperti sapi atau kerbau untuk menjalankan alat pembajak. Akan tetapi
bagi petani modern, proses pembajakan tanah biasa dilakukan dengan menggunakan
mesin pertanian canggih seperti traktor. Kedua cara tersebut sebenarnya baik
dilakukan dalam kondisi tanah apapun. Namun, pembajakan tanah menggunakan
traktor dinilai lebih cepat dan efisien sehingga bisa menghemat waktu dan
tenaga bagi petani.
5. Teknik konversi adalah suatu teknik mengolah tanah yang mungkin kurang begitu diminati petani. Hal ini dikarenakan pelaksanaannya hanya bisa dilakukan satu tahun sekali untuk tanah dengan kepadatan tinggi dan dua tahun untuk tanah berkepadatan sedang. Teknik konversi ini sendiri masih dibagi menjadi dua yakni olah tanah minimum (OTM) dan olah tanah strip (Strip Tillage). Olah tanah minimum (OTM) merupakan teknik pengolahan tanah dengan cara mengurangi frekuensi pengolahan baik itu dilakukan satu tahun maupun dua tahun sekali. Sedangkan untuk tanah strip pengolahannya hanya dilakukan pada strip atau alur yang akan dilakukan penanaman. Strip atau alur tanaman ini dibuat dengan mengikuti kontur tanah. Dengan artian bagian yang akan diolah adalah barisan yang sudah disebar benih.
Pengertian Lahan Kering Dan Lahan Basah.
Lahan basah adalah suatu wilayah yang kondisi tanahnya
tergenang air karena keadaan tanah yang jenuh terhadap air. Genangan tersebut
biasanya bersifat permanen maupun musiman. Genangan pada lahan tersebut dapat
berupa air mengalir ataupun diam. Lahan basah memiliki Karakteristik yaitu
keadaan tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal ini dapat dikatakan bahwa nama
lahan tersebut mencerminkan kondisi tanah yang selalu digenangi oleh air. Lahan
jenis ini di sepanjang musim selalu digenangi air, akan tetapi air yang
dimiliki oleh lahan ini dapat bersifat musiman dan permanen. Musiman yang
dimaksud disini adalah air hanya dapat tergenang pada lahan tersebut saat musim
tertentu saja, seperti pada musim hujan. Sedangkan yang dimaksudkan permanen
disini adalah air tergenang setiap saat dan waktu.
Lahan kering adalah suatu wilayah yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan jenis ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, pada umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan.
Fungsi Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Basah.
Secara umum manfaat pengolahan tanah pertama dan kedua
antara lain adalah:
1.
Memperbanyak atau memperbesar total volume rongga/pori
tanah. Dengan demikian maka aerasi tanah dan drainase lahan semakin baik,
sehingga pasokan oksigen untuk metabolisme akar menjadi lebih lancar.
2.
Mengaduk sisa tanaman secara merata ke dalam tanah sebagai
sumber bahan organik dan unsur hara tanaman.
3.
Mengurangi resistensi tanah sehingga penetrasi akar dan
pembesaran umbi menjadi lebih mudah.
4.
Mengurangi organ atau bagian jaringan gulma yang tersisa di
dalam tanah sehingga mengurangi potensi gangguannya terhadap pertumbuhan
tanaman, berarti juga mengurangi biaya untuk pengendalian gulma selama periode
budidaya tanaman.
Fungsi dari pengolahan tanah yaitu untuk
membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah. Sedangkan
fungsi dari pengolahan tanah kedua adalah sebagai berikut:
1.
Untuk memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang
lebih baik
2.
Untuk mengawetkan lengas tanah
3.
Untuk menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal dan
mencampurnya dengan tanah lapisan atas
4.
Untuk memecah bongkahan tanah dan sedikit memantapkan
lapisan tanah atas, sehingga menempatkan tanah dalam kondisi lebih baik
untuk penyebaran perkecambahan benih
5.
Mempersiapkan kondisi tanah yang siap tanam (guludan,
bedengan dll)
6. Membunuh gulma dan mengurangi penguapan terutama tanah bero.
Macam – Macam Implemen Yang Digunakan Pada Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Lahan Basah.
Implemen – Implemen yang
sering digunakan dalam pengolahan tanah pertama diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bajak
singkal (moldboard plow)
Bajak singkal adalah suatu implemen dimana pada waktu
mengerjakan pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah. Lemparan atau
pembalikan tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan maupun kiri.
2. bajak
piring (disk plow)
Bajak
piring berbentuk piringan, yaitu bulat dan cekung menyerupai alat penggorengan
dengan garis tengah berkisar antara 60 sampai 80 cm. Bajak jenis ini hanya bias
ditarik oleh traktor besar empat roda saja, jumlahnya antara 3 sampai 8 bajak
piring tergantung pada tenaga traktornya.
3. bajak
pisau berputar (rotary plow)
Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan
diperoleh bongkah-bongkah yang masih cukup besar, biasanya masih diperlukan
tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi.
Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan tanah dapat dilakukan sekali
tempuh.
4. bajak
chisel (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk
merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau
ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point.
5. bajak
subsoil (subsoil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat
tetapi dengan konstruksi yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak
berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan
kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm.
Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah
dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan
daya (60 – 85) HP.
Implemen – Implemen yang
sering digunakan dalam pengolahan tanah kedua diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bajak
Rotary (Rotary Plow)
Hasil pembajakan dengan bajak rotary memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata,
karena bajak jenis ini terdiri dari pisau-pisau rotary yang berputar menghancurkan tanah.
2. garu
(harrow)
Garu dibedakan menjadi
beberapa jenis diantaranya sebagai berikut:
1. Garu
paku
Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku
terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan
untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan
untuk penyiangan pada tanaman yang baru tumbuh.
2. Garu
Pegas
Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan
yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat
indenting (memegas) apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan
garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke
dalam tanah lebih dalam.
3. Garu
Khusus
Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weedermulche adalah
alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di
bagian permukaan. Soil surgeon adalah
alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari
pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan dan
untuk meratakan tanah.
4. Garu
sisir
Garu jenis ini digunakan pada tanah sawah (basah) dan
juga pada tanah kering. Kegunaan mata sisir adalah untuk menghancurkan,
meratakan dan membenamkan sisa-sisa tanaman yang sudah terbajak.
5. Garu
piring
Berbentuk seperti bajak piring (rata tepinya) atau
tepinya dapat juga berbentuk gelombang. Garu piring yang ditarik dengan traktor
besar 4 roda, jumlah piringan dalam satu gang adalah 8 sampai 12 buah piringan,
sedangkan jumlah gang dalam satu tarikan adalah 2 atau 4 gang. Diameter garu
piring lebih kecil daripada bajak piring.
3. Perata
dan Penggembur (land roller dan
pulverizer)
Alat ini menyerupai
piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu as. Puingan piring
dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan
tanah untuk persemaian.
SNI Dari Alat Pengolahan Tanah Pertama dan Pengolahan Tanah Kedua.
Setiap alat pengolahan tanah baik itu alat pengolahan tanah pertama mauun alat pengolahan tanah kedua harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penggunaan nya. Standar yang paling penting dalam sebuah alat adalah harus memenuhi tingkat keselamatan kerja dari alat tersebut agar aman dalam proses pengoperasiannya. Tentunya sebelum alat pengolahan tanah tersebut dipasarkan tentunya harus dilakukan pengujian sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/OT. 140/1/2007 mengenai Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya Tanaman.
Emoticon