Put Your License Code Here!

Tags

Featured Post

نموذج الاتصال

Ticker

6/recent/ticker-posts

Slider

5/random/slider

Categories

Advertisement

Space Iklan Kosong (Hubungi Kami)

Tags

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available.

Popular Posts

iklan banner
BLANTERVIO103

PENGOLAHAN TANAH PERTAMA DAN KEDUA PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH

PENGOLAHAN TANAH PERTAMA DAN KEDUA PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH
الخميس، 30 مارس 2023

 



Pengertian Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Basah.

Pengolahan tanah pertama atau biasa disebut pengolahan primer (primary tillage) merupakan suatu metode yang biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin bajak, sehingga sering disebut dengan pembajakan. Tujuan dari pengolahan tanah pertama adalah untuk membalikkan atau membongkar tanah menjadi suatu gumpalan-gumpalan tanah. Proses pembajakan pada tanah dilakukan sedalam 30 cm sampai 50 cm. Perbedaan pengolahan tanah pertama pada lahan kering dan basah yaitu terletak pada kondisi lahan, pada lahan kering biasa dilakukan pada daerah perkebunan sedangkan pada lahan basah dilakukan pada daerah persawahan. Alat atau Implemen yang sering digunakan dalam pengolahan tanah pertama baik itu di kondisi lahan basah maupun kering antara lain bajak singkal (mold board plow), bajak priringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant plow).

Pengolahan tanah kedua atau biasa disebut pengolahah sekunder merupakan suatu metode yang dilakukan setelah pembajakan pada pengolahan pertama atau pengolahan primer yang dapat diartikan sebagai pengadukan tanah yang relatif tidak terlalu dalam biasanya pada kedalaman tertentu yaitu 10 cm sampai 15 cm. Perbedaan pengolahan tanah kedua pada lahan kering maupun basah basah juga sama dengan pengolahan tanah pertama. Alat atau Implemen yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah kedua atau pengolahan sekunder ini diantaranya adalah garu (harrow), bajak pengaduk tanah di bawah permukaan (sub surface tillage and field cultivation), ataupun dapat menggunakan peralatan dalam pengolahan tanah pertama tentunya dengan melakukan beberapa modifikasi. 

Teknik Pengolahan Tanah Secara Tradisional Dan Modern.

Pengolahan lahan secara tradisional biasanya dilakukan pada lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini pada umumnya dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak membutuhkan biaya yang cukup besar, karena dilakukan menggunakan tenaga manual dan biasannya dilakukan secara bersama – sama atau gotong royong. Akan tetapi pengolahan lahan menggunakan sistem ini juga memiliki kekurangan, salah satu diantaranya adalah membutuhkan waktu yang lama dalam proses  pengerjaannya.

Pengolahan lahan secara modern biasanya dilakukan pada tanaman - tanaman perkebunan dan juga memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan sistem ini biasannya dilakukan dengan menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini memiliki kelebihan diantaranya adalah lebih cepat dalam proses pengerjaan dan dapat menghemat waktu penanaman. Akan tetapi kekurangan dari sistem ini yaitu dibutuhkannya biaya yang besar dalam pengupayaannya.

Beberapa teknik dan tahapan dalam proses pengolahan tanah pertama dan kedua secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Cara pertama yang dapat dilakukan dalam mengolah tanah lahan pertanian adalah dengan pembukaan lahan. Istilah ini biasa disebut dengan land clearing atau pembersihan lahan yang dilakukan secaa manual. Dalam proses pembersihan lahan dilakukan dengan melibatkan banyak orang, terlebih bila lahan tersebut cukup luas. Alat yang digunakan pun sangat sederhana seperti cangkul, parang, sabit dan lain sebagainya. Namun, kini seiring perkembangan zaman, land clearing dilakukan dengan menggunakan mesin pertanian seperti traktor. Sehingga pengerjaan menjadi lebih cepat dan tidak membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Setelah lahan bersih, maka bisa ditanami jenis tanaman pertanian.

2.      Cara kedua yaitu penggaruan tanah, cara mengolah tanah ini sebenarnya hampir sama dengan teknik land clearing akan tetapi lebih menekankan pada alat-alat tradisional seperti garu dan cangkul. Tujuannya yaitu untuk menghancurkan gumpalan tanah yang masih keras di suatu lahan. Apabila gumpalan dilahan sudah rata akan membuat struktur dan tekstur tanah menjadi lebih mudah untuk ditanami. Beberapa para ahli pertanian menyarankan sebelum penggaruan tanah, alangkah baiknya dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Pupuk yang dimaksud di sini adalah pupuk organik maupun pupuk anorganik. Saat terjadi proses penggemburan tanah inilah diharapkan nantinya pupuk akan teraduk secara rata pada lapisan olahan tanah.

3.      Selanjutnya dalam proses mengolah tanah untuk lahan pertanian adalah pemupukan. Tujuan dari pemupukan adalah agar unsur hara di dalam tanah dapat lebih subur. Apabila pemupukan dilakukan lebih awal maka akan merangsang perkembangan akar semakin dalam. Sebaiknya gunakan pupuk yang sudah direkomendasikan untuk proses pertanian. Contohnya untuk pupuk makro tunggal seperti Urea, SP36 dan pupuk makro majemuk seperti NPK 15 yang sesuai dengan tanaman. Kita juga bisa menggunakan pupuk kandang. Jika dalam pemupukan diketahui tanah bereaksi asam, kita bisa juga menambahkan kapur dolomit dengan cara ditabur. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pH tanah di lahan pertanian.

4.      Mengolah tanah juga bisa dilakukan dengan cara pembajakan. Cara seperti ini bisa biasanya dilakukan setelah turun hujan  maupun dalam kondisi sebelum hujan. Pembajakan tanah sangat cocok dilakukan untuk tanah yang memiliki struktur tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lembek. Masyarakat di pedesaan biasanya masih menggunakan teknik lama dalam proses membajak sawah, dengan menggunakan hewan ternak seperti sapi atau kerbau untuk menjalankan alat pembajak. Akan tetapi bagi petani modern, proses pembajakan tanah biasa dilakukan dengan menggunakan mesin pertanian canggih seperti traktor. Kedua cara tersebut sebenarnya baik dilakukan dalam kondisi tanah apapun. Namun, pembajakan tanah menggunakan traktor dinilai lebih cepat dan efisien sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga bagi petani.

5.      Teknik konversi adalah suatu teknik mengolah tanah yang mungkin kurang begitu diminati petani. Hal ini dikarenakan pelaksanaannya hanya bisa dilakukan satu tahun sekali untuk tanah dengan kepadatan tinggi dan dua tahun untuk tanah berkepadatan sedang. Teknik konversi ini sendiri masih dibagi menjadi dua yakni olah tanah minimum (OTM) dan olah tanah strip (Strip Tillage). Olah tanah minimum (OTM) merupakan teknik pengolahan tanah dengan cara mengurangi frekuensi pengolahan baik itu dilakukan satu tahun maupun dua tahun sekali. Sedangkan untuk tanah strip  pengolahannya hanya dilakukan pada strip atau alur yang akan dilakukan penanaman. Strip atau alur tanaman ini dibuat dengan mengikuti kontur tanah. Dengan artian bagian yang akan diolah adalah barisan yang sudah disebar benih.

Pengertian Lahan Kering Dan Lahan Basah.

Lahan basah adalah suatu wilayah yang kondisi tanahnya tergenang air karena keadaan tanah yang jenuh terhadap air. Genangan tersebut biasanya bersifat permanen maupun musiman. Genangan pada lahan tersebut dapat berupa air mengalir ataupun diam. Lahan basah memiliki Karakteristik yaitu keadaan tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal ini dapat dikatakan bahwa nama lahan tersebut mencerminkan kondisi tanah yang selalu digenangi oleh air. Lahan jenis ini di sepanjang musim selalu digenangi air, akan tetapi air yang dimiliki oleh lahan ini dapat bersifat musiman dan permanen. Musiman yang dimaksud disini adalah air hanya dapat tergenang pada lahan tersebut saat musim tertentu saja, seperti pada musim hujan. Sedangkan yang dimaksudkan permanen disini adalah air tergenang setiap saat dan waktu.

Lahan kering adalah suatu wilayah yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan jenis ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, pada umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan.

Fungsi Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Basah.

Secara umum manfaat pengolahan tanah pertama dan kedua antara lain adalah:

1.      Memperbanyak atau memperbesar total volume rongga/pori tanah. Dengan demikian maka aerasi tanah dan drainase lahan semakin baik, sehingga pasokan oksigen untuk metabolisme akar menjadi lebih lancar.

2.      Mengaduk sisa tanaman secara merata ke dalam tanah sebagai sumber bahan organik dan unsur hara tanaman.

3.      Mengurangi resistensi tanah sehingga penetrasi akar dan pembesaran umbi menjadi lebih mudah.

4.      Mengurangi organ atau bagian jaringan gulma yang tersisa di dalam tanah sehingga mengurangi potensi gangguannya terhadap pertumbuhan tanaman, berarti juga mengurangi biaya untuk pengendalian gulma selama periode budidaya tanaman.

Fungsi dari pengolahan tanah yaitu untuk membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah. Sedangkan fungsi dari pengolahan tanah kedua adalah sebagai berikut:

1.      Untuk memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang lebih baik

2.      Untuk mengawetkan lengas tanah

3.      Untuk menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal dan mencampurnya dengan tanah lapisan atas

4.      Untuk memecah bongkahan tanah dan sedikit memantapkan lapisan  tanah atas, sehingga menempatkan tanah dalam kondisi lebih baik untuk penyebaran perkecambahan benih

5.      Mempersiapkan kondisi tanah yang siap tanam (guludan, bedengan dll)

6.      Membunuh gulma dan mengurangi penguapan terutama tanah bero.

Macam – Macam Implemen Yang Digunakan Pada Pengolahan Tanah Pertama Dan Kedua Pada Lahan Kering Dan Lahan Basah.

Implemen – Implemen yang sering digunakan dalam pengolahan tanah pertama diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Bajak singkal (moldboard plow)

Bajak singkal adalah suatu implemen dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah. Lemparan atau pembalikan tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan maupun kiri.

2.      bajak piring (disk plow)

Bajak piring berbentuk piringan, yaitu bulat dan cekung menyerupai alat penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60 sampai 80 cm. Bajak jenis ini hanya bias ditarik oleh traktor besar empat roda saja, jumlahnya antara 3 sampai 8 bajak piring tergantung pada tenaga traktornya.

3.      bajak pisau berputar (rotary plow)

Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkah-bongkah yang masih cukup besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan tanah dapat dilakukan sekali tempuh.

4.      bajak chisel (chisel plow)

Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point.

5.      bajak subsoil (subsoil plow)

Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85) HP.

Implemen – Implemen yang sering digunakan dalam pengolahan tanah kedua diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Bajak Rotary (Rotary Plow)

Hasil pembajakan dengan bajak rotary memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata, karena bajak jenis ini terdiri dari pisau-pisau rotary yang berputar menghancurkan tanah.

2.      garu (harrow)

Garu dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya sebagai berikut:

1.      Garu paku

Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanaman yang baru tumbuh.

2.      Garu Pegas

Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.

3.      Garu Khusus

Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weedermulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. Soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.

4.     Garu sisir 

Garu jenis ini digunakan pada tanah sawah (basah) dan juga pada tanah kering. Kegunaan mata sisir adalah untuk menghancurkan, meratakan dan membenamkan sisa-sisa tanaman yang sudah terbajak.

5.      Garu piring

Berbentuk seperti bajak piring (rata tepinya) atau tepinya dapat juga berbentuk gelombang. Garu piring yang ditarik dengan traktor besar 4 roda, jumlah piringan dalam satu gang adalah 8 sampai 12 buah piringan, sedangkan jumlah gang dalam satu tarikan adalah 2 atau 4 gang. Diameter garu piring lebih kecil daripada bajak piring.

3.      Perata dan Penggembur (land roller dan pulverizer)

 Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu as. Puingan piring dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan tanah untuk persemaian.

SNI Dari Alat Pengolahan Tanah Pertama dan Pengolahan Tanah Kedua.

Setiap alat pengolahan tanah baik itu alat pengolahan tanah pertama mauun alat pengolahan tanah kedua harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penggunaan nya. Standar yang paling penting dalam sebuah alat adalah harus memenuhi tingkat keselamatan kerja dari alat tersebut agar aman dalam proses pengoperasiannya. Tentunya sebelum alat pengolahan tanah tersebut dipasarkan tentunya harus dilakukan pengujian sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/OT. 140/1/2007 mengenai Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya Tanaman.

Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

6641157226081122506

Start typing and press Enter to search